Foto : Adjat Sudrajat
Kemerdekaan Indonesia tidak lepas
dari sejarah perjuangan para rakyat,ulama,pejuang dan pahlawan yang mengorbankan
hidupnya untuk generasi Bangsa saat ini,meskipun keluar masuk penjara mereka
menjalaninya dengan ikhlas karena penyadaran sosial yang dilakukan untuk
memerdekakan bangsa Indonesia dianggap sebagai ancaman oleh penjajah pada saat
itu.
Tugas kita bersama sebagai generasi
Bangsa untuk menghormati jasa para pahlawan dan berjuang untuk memberikan gelar
pahlawan Nasional kepada semua pihak yang berkontribusi besar tehadap
kemerdekaan Bangsa dan Negara Indonesia tetapi tidak mendapat perhatian serius dari
Pemerintah, berikut rentetan sejarah dan Perjuangan IKA GMNI yang dilakukan sejak tahun 2006.
1. 1. Peran Besar Inggit Garnasih dan Bung Karno Dalam kemerdekaan Indonesia
Banyak pahlawan yang menghabiskan
waktu didalam penjara dan diasingkan untuk menjauh dari kehidupan rakyat
Indonesia,salah satunya adalah Bung Karno,didalam hidupnya Bung Karno mempunyai
keyakinan yang sangat tinggi bahwa Bangsa Indonesia bisa berdiri diatas kaki
sendiri,bisa mengatur dan menentukan kemajuan sendiri maka dengan segenap
rakyat Indonesia Bung Karno bahu membahu merebut kemerdekaan Indonesia dengan
berbagai resikonya,bahkan salah satu semboyan bung karno yang terkenal yaitu jika
mempunyai keinginan yang kuat di dalam diri sendiri maka alam semesta akan bahu
membahu untuk mewujudkannnya.
Ketika didalam penjara dan melakukan
pembelaan didepan pengadilan kolonial Belanda (Landraad ),Bung karno meminta istrinya Inggit Garnasih untuk menyelundupkan
buku buku atau koran sebagai referensi di pengadilan, dengan ketegaran hati,semangat
cinta dan keberaniaan yang tinggi Inggit Garnasih menyusupkan buku buku tersebut didalam
baju untuk dikirimkan kepada Bung Karno,pengorbanan Inggit Garnasih tidak sia
sia karena Bung Karno berhasil mengguncang dunia di depan pengadilan kolonial dengan
pledoi fenomenal Berjudul Indonesia Menggugat.
Tulisan Pembelaan Bung Karno tersebut
dijadikan acuan dan referensi bagi Bangsa Bangsa didunia yang berada didalam
penjajahan dan penindasan Negara lain untuk dijadikan senjata perlawanan
melepaskan diri dari belenggu penjajahan yang merebut hak hak hidup rakyat.
Setelah kemerdekaan Indonesia
dikumandangkan,Negara Indoesia dipimpin oleh Bung Karno sebagai presiden dan
Bung Hatta sebagai wakil presiden,meskipun baru merdeka Bung Karno terus
menggagas perlawanan kapitalisme dengan mengajak Negara Negara lain untuk
membentuk barisan dan kekuatan baru untuk memerdekakan Bangsa lain yang masih
belum merdeka.
Keberanian Bung Karno menjadikan
Indonesia sebagai Negara yang disegani oleh dunia,karena tidak gentar melawan Kapitalisme
dan Imperialisme yang merugikan Negara lain dengan merampas hak hak kekayaan sumberdaya
alam demi kepentingan Negaranya sendiri.
2. 2. Akhir Kepemimpinan Bung Karno
Kesuksesan
Bung Karno mengorganisir rakyat untuk Melawan Penjajah yang memiliki senjata
dan armada perang dengan teknologi luar biasa sampai akhirnya Indonesia
Merdeka, ternyata tidak mampu untuk melawan kekuatan tersembunyi dari dalam Negeri
tepatnya pada peristiwa mengerikan 30 September 1965.
Banyak
korban berjatuhan dalam peristiwa ini mulai dari rakyat sipil sampai enam Jenderal
militer meninggal hampir bersamaan dalam satu malam, akibatnya Bung Karno mendapat tekanan dari berbagai dimensi
politik terutama mereka yang kontra dengan kebijakan kebijakan yang waktu itu
di tetapkan oleh Bung Karno.
Kondisi
semakin memanas ketika Bung Karno dianggap sebagai pihak yang harus bertanggung
jawab terhadap kondisi ketidakstabilan politik dan ekonomi yang dialami oleh
Negara, situasi yang penuh ketidakpastian ini menciptakan kehancuran di
berbagai daerah karena banyak kerusuhan,kekacauan dan kekerasan yang dialami
masyarakat.
Perlawanan
kepada Bung Karno Mencapai puncak ketika Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara ( MPRS ) melaksanakan sidang Istimewa pada tahun 1966,keputusan
sidang yaitu memberikan mandat kepada Jenderal Soeharto untuk mengambil alih
kepemimpinan Bung Karno pada saat itu.
3. Sejarah
Perjuangan IKA GMNI
Ikatan
Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia ( IKA GMNI )merupakan wadah bagi para alumni aktivis yang pernah
berproses dan menjadi kader organisasi GMNI selama kuliah dari seluruh
universitas Negeri atau Swasta yang berada dalam wilayah kesatuan Republik
Indonesia.
Organisasi ini konsisten berjuang
untuk mencabut TAP MPRS No. XXXIII/1967, karena Ketetapan MPRS tersebut
menyatakan dengan tegas tentang keterlibatan Bung Karno dalam peristiwa gerakan
30 September atau yang kita kenal sebagai G 30 S PKI.
Adjat
Sudrajat beserta Pengurusnya pada waktu itu sangat Menyayangkan serta mempertanyakan
kemanusiaan dan keadilan Negara ini karena setelah berpuluh puluh tahun
penghukuman kepada penyambung lidah rakyat atau pendiri bangsa tidak bisa
dibuktikan kesalahannya secara hukum.
Keterangan ini ditulis secara resmi
dalam pernyataan sikap organisasi Dewan Pimpinan
Daerah Ikatan Alumni Gerakan Mahasiswa
Indonesia ( DPD IKA GMNI Jakarta Raya )
terhadap pencabutan TAP MPR no XI tahun 1998 pada tanggal 15 mei 2006 di
Jakarta yang ditanda tangani oleh Adjat Sudrajat SH sebagai ketua dan Drs Asep
Arief Hidayat sebagai sekretaris
Isi dari pernyataan sikap tersebut
salah satunya adalah memutuskan untuk Segera
mencabut TAP MPRS No.xxxiii/1967 serta mengembalikan nama baik
bapak Bangsa atau Proklamator RI dan penggali Pancasila
yang hingga sekarang Pancasila tetap dijadikan landasan ideologi bangsa.
Pada waktu itu statement DPD IKA GMNI
Jakarta Raya ini disampaikan langsung kepada:
1. Ketua DPR RI
2.
Ketua MPR RI
3.
Ketua DPD RI .
4.Presiden SBY agar diketahui .
Perjuangan ini tidak mendapatkan respons dari lembaga Negara
tersebut karena IKA GMNI Jakarta Raya masih sebagai organisasi masyarakat dengan
level Provinsi, gerakan ini seharusnya mendapatkan respon dari berbagai pihak
yang menggunakan figur Bung Karno untuk kepentingan pribadi dan golongannya sebagai
bentuk terimakasih karena bisa mencapai kesuksesan dengan menjunjung tinggi
gambar Bung Karno bukan nilai nilai ajarannya.
Kondisi ini menjadi keprihatinan yang
sangat mendalam bagi segenap pengurus IKA GMNI karena kesuksesan golongan yang
menggunakan serta memanfaatkan figur Bung Karno tidak mampu melepaskan pemasungan Bung Karno yang
dijadikan tahanan politik rezim Orde Baru hingga sampai saat ini.
Akankah nama besar Bung Karno hanya
dihisap untuk suksesi kepentingan politik individu dan golongan,,,???,atau cita
cita pemikiran Bung Karno hanya menjadi
komoditas politik yang dalam prakteknya semua itu jauh panggang dari pada apiā¦???,semua
hanya rakyat yang bisa menjawab..!!!