Disebuah desa yang sangat jauh dari
ibukota,terdapat keluarga yang hidupnya selalu dihabiskan dengan bekerja untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya,meskipun dimata orang lain pekerjaan itu sangat
hina tetapi mereka melakukannya dengan tulus agar anak anaknya bisa makan dan
bersekolah meskipun tidak membawa uang saku.

Bertahun tahun keluarga itu
mengarungi dua kutub kehidupan yaitu bekerja dan berdoa sepanjang waktu,tetapi
ada tugas wajib yang harus dikerjakan oleh kedua anaknya yang masih kecil
tersebut,tugas yang diberikan kepada anak itu adalah agar selalu sekolah dan belajar
seperti apapun kondisi dan keadaannya.

Perkerjaan orang tua yang mencari
sampah dijalan tidak membuat anak tersebut minder dan berkecil hati dalam melangkahkan
kakinya menuju kesekolah,karena mereka mempunyai motivasi yang tinggi untuk
mewujudkan apa yang setiap malam sebelum tidur selalu di ucapkan oleh kedua
oraang tuanya yaitu agar selalu sekolah dan belajar.

Suasana disekolah yang terdiri dari
berbagai karakter siswa membuat psikologi anak itu terombang ambing bahkan
sempat berpikiran untuk berhenti sekolah dan membantu orang tuanya mencari
sampah,tetapi orang tuanya melarang dan justru memberikan motivasi kehidupan
yang menjadi penyemangat anak teresebut untuk sekolah lagi.

Kabar sedih selalu menjadi cerita
rutin ketika akan memasuki sekolah baru dan kenaikan tingkat,orang tua anak
tersebut selalu datang kesekolah untuk menyicil uang pendaftaran dan biaya
lainya yag menjadi ketentuan sekolah.

Meskipun orang tua tersebut tidak
mengenyam pendidikan tinggi tetapi dia sadar bahwa sepahit apapun
hidup,pendidikan harus ditempuh agar tidak salah dalam melangkah dan menentukan
tujuan hidup. Peristiwa menyicil dan hutang yang banyak kepada sekolah tidak
pernah diceritakan kepada anaknya agar tidak mengganggu konsentrasi belajarnya.

Ketika lulus pendidikan Taman Kanak
Kanak, orang tua itu sangat bangga karena sudah menyelesaikan satu tahap pendidikan,tetapi
kendala datang ketika mau mendaftarkan anaknya ke Sekolah Dasar,karena tidak
semua kepala sekolah mau menerima siswa didik yang tidak mampu membayar uang
pendaftaran.

Sekolah demi sekolah sudah didatangi
sampai akhirnya ada sekolah swasta yang mau menerima anaknya meskipun tidak
mempunyai uang yang cukup untuk membayar uang pendaftaran, Selain diterma
sebagai siswa anak itu juga mendapatkan perlakuan yang adil dan sama dengan
siswa lainnya tanpa diskriminasi sedikitpun dari pihak sekolah.

Kemiskinan tidak mempengaruhi anak
itu untuk berprestasi karena memang sepulang sekolah dia langsung belajar
tentang pelajaran yang diajarkan oleh bapak dan ibu guru,waktu bermainnya hanya
sekitar jam setengah 4 sampai jam 5 sore untuk berkumpul dengan temannya di kampung.

Prestasi yang berhasil diukir adalah
menjadi siswa berprestasi tingkat Sekolah Dasar se Kabupaten mengalahkan
sekolah favorit yang jika ingin sekolah disana harus membayar uang pendaftaran
yang mahal serta biaya persemester yang mahal juga.

Setelah lulus dari Sekolah Dasar,kabar
sedih tetap terdengar karena orang tua dari siswa tersebut harus mendaftarkan
anaknya ke Sekolah Menengah Pertama untuk melanjutkan tingkat pendidikannya,tetapi
tingkat kesedihan orang tua itu sekarang agak ringan karena anaknya menjadi
rebutan sekolah Menengah Pertama di Kecamatannya untuk dijadikan siswa.

Orang tua itu bangga mendengar kabar
pendidikan dari anaknya,tetapi lagii lagi dia bingung untuk membayar uang
pendaftaran sekolah karena penghasilan dari bekerja hanya cukup untuk makan
keluarga dan memberi uang saku anaknya meskipun tidak setiap hari.

Nasib baik menimpa keluarga tersebut
karena anak itu mendapatkan beasiswa berdasarkan nilai Akademis serta prestasi
yang pernah diukirnya,sehingga anak itu bisa sekolah dengan tenang dan
keluarganya tidak kebingungan membayar uang semester yang seharusnya dibayar.

Seakan tidak menyianyiakan peluang Beasiswa
tersebut,anak itu semakin menambah konsentrasi belajar dan tidak terpengaruh
oleh teman temannya yang lebih memilih bermain dan bersenang senang.

Selain berprestasi dalam pelajaran, anak
itu juga aktif dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dan mengikuti semua
kegiatan yang diadakan oleh sekolah,tidak heran jika anak itu banyak dikenal
oleh guru guru serta karyawan yang ada disekolah.

Kepandaian anak itu terdengar oleh
Lembaga Pemerintah dan Sekolah Menengah Atas dikotanya,sehingga pada waktu
lulus tidak kebingungan untuk mencari sekolah lanjutan,sekolah menengah atas
favorit itu menawarkan Beasiswa jika nilai ujian nasional bisa mencapai angka 9
(Sembilan).

Tantangan itu dijawab ketika memperoleh
nilai komulatif ujian dengan rata rata 9,7. Kebanggaan orang tuanya semakin
klimaks ketika mendengar pengumuman resmi jika anak nya diterima di Sekolah
Menengah Atas favorit yang notabene banyak diminati oleh pelajar di kota
tersebut.

Lagi lagi kebahagiaan yang di
rasakan orang tua tersebut selalu bersamaan dengan kesedihan,karena meskipun
pendaftaran dan biaya sekolah gratis tetapi dia harus memikirkan keseharian
anaknya untuk pergi kesekolah yang jaraknya agak jauh sehingga harus naik
angkutan umum.

Perasaan sedih orang tua tersebut
berbanding terbalik dengan rencana si anak untuk bermalam disekretariat Organisasi
sekolah tetapi harus meminta persetujuan Pembina organisasi wali kelas seta
kepala sekolah.

Permohonan itu diterima dengan baik
bahkan ada salah satu guru yang menawari untuk tinggal dirumahnya,tetapi niat
baik guru tersebut tidak terwujud karena anak itu memilih tinggal di sekretariat.

Pada saat ini tantangan anak itu
lebih berat dibandingkan dengan tantangan yang dahulu karena sekarang dia tidak
tinggal bersama keluarga tetapi pulang tiap satu minggu sekali,cerita ini
berubah setelah beberapa bulan kemudian ada teman satu kecamatan yang belajar
disekolah itu yang rumahnya satu arah dengan alamat rumah orang tuanya,sehingga
dia ditawari untuk berangkat kesekolah bersama sama dengan naik motor.

Seakan menemukan emas di padang
pasir anak itu langsung setuju dengan penawaran temanya,karena jika pulang
kerumah dia bisa membantu pekerjaan orang tuanya untuk memilah milah sampah
yang bisa dijual.

Nilai pendidikan yang terus stabil
diatas rata rata mengantarkan anak itu masuk ke perguruan tinggi dengan Beasiswa,berbagai
pengaruh datang dari tetangga dan saudara sebelum dia memutuskan untuk
kuliah,banyak yang memberikan saran untuk bekerja dulu dari pada kuliah,tetapi
atas pertimbangan yang didapat dari guru sekolah,dia bertekad untuk tetap
malanjutkan kuliah.

Orang tuanya yang semakin tua dan
sakit sakitan sempat mengganggu konsentasi belajar di kampus,tetapi orang
tuanya memberikan motivasi agar selalu fokus belajar dan cepat lulus kuliah,beberapa
tahun setelahnya permintaan itu terwujud dengan meraih nilai tertinggi dan
menjadi lulusan terbaik Universitas ternama di kotanya.

Meskipun sempat mendapat tawaran untutk
melanjutkan kuliah Magister (S2 ) tetapi dia memilih untuk bekerja dan
melanjutkan kuliah demi membantu perekonomian keluarga,setelah bekerja dia
selalu membahagiakan orang tua yang telah berjuang untuk menyekolahkannya sejak
kecil dulu.

Rejeki terus mengalir dari berbagai
arah sampai akhirnya dia memiliki tabungan yang sangat banyak sehingga
tergolong menjadi orang kaya, semangat ini tercipta untuk membahagiakan kedua orang
tua yang menghabiskan umurnya untuk membiayai serta memberikan semangat untuk
selalu belajar sampai pendidikan tingkat tinggi.

Dia tidak bisa membayangkan
bagaimana seandainya tidak sekolah dan memilih bekerja,pasti hidupnya tidak
akan seperti sekarang ini,untuk merubah hidup menjadi lebih baik maka pilihlah
pendidikan sebagai jalan hidupmu
.

Pesan moral yang bisa diambil dari
cerita ini adalah pendidikan bisa merubah nasib seseorang tergantung bagaimana dia serius
dalam menempuh pendidikan tersebut,karena semakin banyaknya ilmu pengetahuan
yang didapat maka semakin besar pula peluang menuju kesuksesan.

BACA JUGA :  Tanggal 1 Mei, Bukan Hari Libur Tapi Hari Berjuang Internasional

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *