
Foto Tim Nasional U-23 dengan latar belakang Supporter Garuda di Piala Asia U-23 Qatar
Penampilan Tim Nasional U-23 di ajang Piala Asia U-23 sungguh mengesankan dan melebihi dari apa yang sudah ditargetkan PSSI. Melalui ketua umumnya, Erick Thohir memberikan target untuk lolos sampai babak 8 besar. Shin Tae Yong pun membawa anak-anak muda menghadapi Ksatria Taeguk dari Korea Selatan, negara asal pelatih Indonesia itu. Melalui perlawanan sengit yang menegangkan, permainan harus diakhiri oleh tandangan para pemain kedua kesebelasan. Pratama Arhan menjadi algojo pembunuh Taeguk setelah tendangan Lee Kang-Hee ditepis ole Ernando.
Seperti diketahui Garuda Muda lolos sampai babak semifinal meskipun pada akhirnya dikalahkan oleh tim nasional U-23 Uzbekistan dengan skor 2 – 0. Faktor stamina menjadi salah satu penyebab permainan timnas tidak seperti biasanya. Kelelahan pasca meladeni Korea Selatan yang ditotal memakan waktu 140 menit ditambah penalti berdampak besar pada pertandingan melawan Uzbekistan. Meskipun peluang tercetak gol bagi Indonesia terbuka setelah Witan dilanggar di kotak terlarang Uzbekistan. Namun kinerja wasit utama lagi-lagi dipertanyakan dengan adanya intervensi berlebihan wasit VAR yang membuat Indonesia tidak mendapatkan penalti karena dianggap bukan pelanggaran. Begitu pula saat Muhammad Ferrari yang golnya di anulir karena VAR menentukan Ramadhan Sananta dalam posisi offside. Barisan belakang timnas Indonesia sempat terpancing emosi dikala tendangan Riski Ridho ke bola membentur paha bagian dalam pemain Uzbekistan diganjar dengan kartu merah. Lain halnya dengan pelanggaran yang dialami Pratama Arhan hingga sempat terkapar namun pertandingan tetap dijalankan.
Terlepas dari pro dan kontra atas kinerja wasit, sebenarnya Indonesia juga pernah mengalaminya saat melawan tuan rumah Qatar U-23. Garuda Muda harus menjadikan setiap kejadian sebagai pengalaman, karena jika kita professional dalam bermain maka kemungkinan terjadinya kecurangan akan berkurang. Karena aturan sudah jelas dan akan memperlihatkan perilaku yang menyimpang dari sportifitas. Publikpun akan menilai dan tentunya akan secara langsung dan secara sadar akan memperbaiki setiap penyelenggaraan turnamen oleh para penyelenggara itu sendiri.
Kekalahan bukan akhir dari perjalanan, tetapi adalah awal dari perjuangan-perjuangan untuk menggapai juara. Garuda Muda harus terus bergerak dan berjuang mengalahkan Irak U-23 di perebutan tempat ketiga. Karena dengan memenangkan pertandingan melawan Singa Mesopotamia akan memberi kita tiket lolos langsung ke Olimpiade 2024 di Paris. Daripada kita harus menjalani play off dengan melawan wakil dari Benua Afrika Guinea Bissau bila harus di posisi keempat.
Saatnya Garuda Muda mengasah cakarnya untuk melawan Singa dari Mesopotamia di perebutan tempat ketiga. Pengalaman kebangkitan dari kekalahan pernah dimiliki oleh Skuad Shin Tae Yong dengan mengalahkan tim unggulan Australia, Jordania, hingga negara asalnya Korea. Untuk itu kebanggaan sebagai bangsa harus menjadi modal disamping mental bertanding serta pengalaman bermain sebelumnya. Apalagi supporter Garuda di Qatar tetap semangat dengan mendukung penampilan tim nasional. Terbukti dengan terjual habis tiket pertandingan antara Garuda Muda melawan Singa Mesopotamia malam nanti. Semoga hasil terbaik menjadi milik tim nasional Indonesia untuk melangkah dan terbang tinggi di level dunia, bravo Garuda Muda.