Foto Tim Nasional Jepang dan Tim Nasional Indonesia di Piala Asia 2023 Qatar

Tim nasional sepak bola Indonesia adalah tim sepak bola nasional yang mewakili Indonesia di ajang sepak bola level senior pria. Indonesia adalah negara pertama dari benua Asia yang berpartisipasi pada Piala Dunia pertama FIFA yang diselenggarakan pada tahun 1938. Pada saat itu tim nasional kita mewakili atas nama Hindia Belanda karena masih dibawah pemerintahan kolonial. Dimana pada pertandingan pertama Hindia Belanda berhadapan dengan timnas Hungaria yang berakhir dengan kekalahan dengan skor 6-0. Dan menjadi kekalahan pertama dalam edisi gelaran Piala Dunia tanpa ada gol yang tercipta.

Catatan sejarah diatas memberikan sebuah kebanggaan bahwa kita orang Indonesia pernah mencicipi gelaran Piala Dunia meski mewakili atas nama Hindia Belanda. Harapan akan tampilnya tim nasional sepak bola kita di ajang internasional pun menjadi doa dan perjuangan baik dari PSSI maupun suporter dan pecinta sepak bola nasional. Apalagi ditambah dengan hadirnya sebuah prestasi berupa piala yang dibawa ke pangkuan ibu pertiwi.

Seperti yang telah diketahui,sepak bola Indonesia mengalami pasang surut dalam kompetisi, baik dalam level klub maupun timnas itu sendiri. Berbagai kontroversi sempat melanda dunia sepak bola Indonesia, mulai dari tunggakan gaji, mafia bola, hingga dualisme kepengurusan PSSI. Tentunya ini berimbas pada perkembangan pemain liga, kemajuan klub, hingga perjalanan tim nasional untuk meraih posisi dan prestasi.

Dalam segi prestasi di level regional Asia Tenggara, Indonesia hanya mampu menjadi runner up piala AFF. Sejak piala AFF digelar tahun 1996 atau yang dulu di kenal sebagai Piala Tiger, Indonesia meraih posisi ke-2 di tahun 2000, 2002, 2004, 2010, 2016, dan 2020. Sedangkan Di level Asia dibawah naungan AFC, Indonesia mencetak sejarah untuk pertama kalinya. Dibawah asuhan Shin Tae Yong, Indonesia melaju sampai babak 16 besar Piala Asia 2023 di Qatar. Setelah sebelumnya tim nasional sepak bola kita tidak pernah lolos fase grub dan hampir pasti selalu gagal di babak kualifikasi. Meskipun di tahun 2007 Indonesia ditunjuk menjadi tuan rumah yang otomatis lolos putaran final Piala Asia bersama Malaysia, Vietnam, dan Thailand.

Sejak kedatangan Shin Tae Yong pada akhir tahun 2019 hingga 2024 membawa perkembangan timnas dan antusias yang lebih bagi suporter Garuda untuk terbang lebih tinggi. Coach Shin pertama kali di datangkan PSSI pada masa kepemimpinan Mochamad Iriawan demi melatih Indonesia yang akan tampil di Piala Dunia U-20. Indonesia ditunjuk menjadi tuan rumah even akbar sepak bola sejagat kelompok usia setelah bersaing dengan beberapa negara besar yang mengajukan diri ke FIFA. Meskipun pada kenyataannya kita harus memendam mimpi bermain di Piala Dunia ketegori usia dibawah 20 tahun karena covid-19 dan intervensi politik dalam sepak bola. Sehingga FIFA yang merupakan induk sepak bola dunia mengganti tuan rumah Piala Dunia U-20 ke negara Argentina. Sungguh kerugian yang sangat besar bagi pemerintah yang berjuang memenangkan proses bidding (penawaran) menjadi tuan rumah. Terlebih bagi generasi tim nasional U-20 yang telah disiapkan terutama dalam segi pengalaman yang akan membantu sepak bola Indonesia di masa depan. Kecewa menyelimuti seluruh insan pecinta sepak bola Indonesia. Setelah sebelumnya sepak bola kita berduka terkait tragedi Stadion Kanjuruhan Malang pasca pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya. Dimana akibat peristiwa itu tercatat 135 orang meninggal dunia dan banyak korban luka-luka. Menjadikannya sebagai tragedi terburuk kedua dalam sejarah sepak bola dunia setelah tragedi Stadion Nasional di kota Lima Peru pada tahun 1964.

Meskipun pada akhirnya berdasar hasil rapat FIFA di Swiss menawarkan Indonesia untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17 pengganti Peru yang belum siap secara infrastruktur. Indonesia pun menerima dengan tangan terbuka demi mengobati kekecewaan publik sepak bola Indonesia. Piala Dunia U-17 akhirnya terselenggara di Indonesia pada tanggal 10 Nopember hingga 2 Desember 2023. Pada ajang ini Indonesia U-17 gugur pada fase grub dengan timnas Jerman keluar sebagai juara. Melalui turnamen ini dunia akhirnya tahu antusias sepak bola masyarakat Indonesia, dan itu merupakan potensi yang harus dikembangkan.

BACA JUGA :  Persamaan Pemuda Indonesia dan Pemuda Yunani Dalam Menikmati Malam Minggu

Begitulah Shin Tae Yong melihat Indonesia dari awal, banyaknya potensi sepak bola negara ini membuatnya menerima tawaran PSSI. Selain ingin membantu memajukan persepakbolaan Indonesia, coach Shin juga ingin mengembangkan bakat kepelatihannya. Kontrak 4 tahun dari PSSI lebih dipilih Shin daripada tawaran 1 musim melatih salah satu klub liga utama Tiongkok. Meskipun secara bayaran melatih tim nasional Indonesia jauh lebih rendah dari apa yang di tawarkan oleh klub sepak bola Tiongkok itu. Ini semua dilakukan oleh Shin dikarenakan beliau lebih mengutamakan process and progress dalam sepak bola. Tahapan-tahapan bermain sepak bola harus dilewati oleh pesepakbola agar bisa mentransformasi dirinya lebih baik secara individu maupun tim. Coach Shin sendiri di berbagai kesempatan mengingatkan bahwa kendala perkembangan sepak bola Indonesia adalah kebiasaan buruk para pemain sepak bola itu sendiri. Yaitu kebiasaan yang harus dihindari oleh seorang atlet, terutama faktor makanan pantangan bagi olah ragawan. Selain Disiplin pemain yang kurang saat jadwal latihan adalah bentuk kurangnya kesadaran dan tanggung jawab atlet sepak bola kita. Yang secara langsung berdampak pada perkembangan permainan sepak bola dan nihil prestasi pasti selalu menghantui timnas kita selama ini.

Sejak pasca Covid19 menyerang dunia, coach Shin Tae Yong langsung membuat gebrakan yaitu memotong generasi Timnas Senior Indonesia. Skuad tim nasional banyak dihuni dari pemain yang gagal tampil di Piala Dunia U-20 yang lalu. Sejak saat itu Shin mendapat banyak hujatan karena tidak memanggil pemain senior yang sudah langganan di tim nasional. Tetapi Shin Tae yong tetap berjalan dengan prinsip dan filosofinya setelah mengetahui kendala di Tim Nasional. Apalagi Shin Tae Yong dianggap gagal oleh beberapa pengamat sepak bola karena tidak memberi trofi pada gelaran piala AFF 2020 yang lalu. Apalagi setelah ada informasi dan komunikasi dari Yussa Nugraha pemain bola yang pernah berkarir di belanda bahwa ada pemain di liga Belanda yang mempunyai darah Indonesia. Juga dari beberapa tokoh seperti Hasan Abdulgani dan Hamdan Hamedan yang saat ini menjabat sebagai Staf Kemenpora bidang Diaspora yang juga aktif mencari dan membangun komunikasi dengan pemain keturunan tersebut.

Regulasi FIFA yang memperbolehkan pemain dari negara tempat lahir untuk membela tanah leluhur dengan syarat yang ketat tentang adanya garis keturunan yang jelas. Ditambah dengan aturan pemain keturunan tersebut belum pernah membela tim nasional senior di negara terdahulu, membuat Shin Tae Yong membuka peluang untuk menggunakan tenaga pemain keturunan Indonesia yang ada di luar negeri. Ketua PSSI Erick Thohir membantu dan memfasilitasi semua yang dibutuhkan coach Shin dan timnas baik dari fasilitas hingga pemain berkualitas. Alhasil Setelah Elkan Baggot yang berdarah Inggris – Indonesia, Sandy Walsh dan Jordi Amat adalah rekrutan pemain keturunan yang berhasil didapatkan Indonesia. Para pemain ini pada intinya mempunyai niat pribadi untuk bisa membela tanah kelahiran kakek neneknya.

Coach Shin sadar bahwa dia tidak selamanya di Indonesia, maka pondasi sepak bola ia bangun sebagai langkah awal kemajuan olah raga paling di gandrungi di tanah Nusantara ini. Maka beliau memilih mengutamakan pemain diaspora berusia di bawah usia 20 tahun sebagai anak asuhnya. Seperti Rafael Struick, Ivar Jenner, hingga Justin Hubner. Selain Nathan Tjoe A On dan Jay Idzes yang berusia 22 tahun serta Ragnar Oeratmangoen juga Thom Haye berusia 26 dan 29 tahun yang akan membantu perkembangan tim nasional Indonesia khususnya para pemain muda di masa depan. Terutama transfer ilmu dan pengalaman kemajuan sepak bola Eropa pada generasi muda Indonesia.

BACA JUGA :  Ikatan Alumni GMNI ( IKA GMNI ) Konsisten Berjuang Untuk Mengembalikan Nama Baik Bung Karno

Banyak yang mencibir karena pemain lokal yang tidak di utamakan oleh coach Shin terutama pengamat sepak bola yang ingin timnas di huni oleh pemain Liga 1 saja. Asnawi Mangkualam dan Pratama Arhan adalah bukti Shin Tae Yong memilih juga talenta lokal untuk dipromosikan ke Liga Korea bahkan Jepang. Ansan Greners dan Jeonam Dragons adalah dua klub K-league2 yang pernah diperkuat Asnawi setelah hijrah dari PSM Makassar. Pratama Arhan juga telah dikontrak klub Liga 2 Jepang serta melanjutkan karirnya di klub Liga Utama Korea Selatan yaitu Suwon FC. Itu semua dilakukannya karena melihat Liga 1 di Indonesia belum banyak melahirkan pemain berkualitas dari klub dan kompetisi terutama pemahaman taktik, kedisiplinan, dedikasi, dan kemauan untuk mengembangkan diri. Mind set seperti inilah yang di soroti Shin tae Yong diperbaiki agar terwujud daya juang pemain tim nasional yang totalitas membela negaranya dengan permainan yang berkualitas.

Sejarahpun terwujud pada putaran final gelaran Piala Asia 2023 di Qatar pada bulan Januari 2024 yang lalu. Setelah pada tahun 2007 Indonesia tampil di Piala Asia karena faktor tuan rumah, tapi kali ini Indonesia memulai perjuangannya sejak di babak kualifikasi. Garuda untuk pertama kalinya setelah absen selama 15 tahun bisa menunjukkan cakarnya di ajang ini. Bahkan lolos fase grub dan mencetak sejarah tampil di babak 16 besar pesta sepak bola terbesar di benua kuning. Bahkan pada saat artikel ini di buat, tim nasional U-23 Indonesia dibawah asuhan coach Shin tampil menggila dan lolos babak 8 besar turnamen Piala Asia U-23 di Qatar. Setelah kalah 2-0 dari tuan rumah Qatar dengan penuh kontroversi, Garuda muda semakin menggila dengan menggilas tim unggulan Australia 1-0 dan tim nasional Jordania dengan skor telak 4-1. Dibabak 8 besar Shin Tae Yong akan melawan Negaranya sendiri Korea Selatan, disitulah beliau akan mengajarkan kita tentang profesionalitas dan sportifitas dalam melaksanakan tugas. Karena Shin Tae Yong sangat bersemangat untuk bisa membawa Garuda Muda terbang lebih tinggi lagi terutama untuk lolos peringkat tiga sebagai syarat bisa tampil di Olimpiade di Paris Perancis. Bukan tidak mungkin, jika Garuda Muda menampilkan permainan seperti saat melawan Australia dan Jordania maka Korea Selatan bisa kita lewati bahkan juara bukanlah mimpi.

Apalagi tim nasional senior tinggal selangkah lagi lolos ke babak ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia setelah mengalahkan vietnam dua kali berturut-turut. Membuat Indonesia membutuhkan satu kali kemenangan untuk memastikan posisi runner up babak kedua untuk lolos otomatis tampil di Piala Asia 2027 di Arab Saudi. Jika sudah lolos babak ketiga, Indonesia berpeluang bisa tampil di putaran final Piala Dunia 2026, apalagi FIFA menambah peserta Piala Dunia menjadi 48 tim setelah sebelumnya yang berjumlah 32 tim. Peluang besar ini harus dimanfaatkan oleh PSSI dan Tim Nasional, karena melihat dari perkembangan tim nasional yang di asuh oleh Shin Tae Yong yang berproses dengan begitu mengagumkan. Terlepas dari peringkat FIFA yang berada di 134 dunia, progres tim nasional Indonesia cukup di takuti oleh negara-negara kuat Asia. Pada Akhirnya kekuatan kesabaran dalam berproses memberikan perkembangan yang signifikan sehingga membuat perjalanan tim nasional Indonesia terus mengalami kemajuan serta peningkatan level permainan dan pertandingan yang di ikuti. Trofi itu pasti akan hadir di pangkuan ibu pertiwi seiring dengan proses dan progres yang kita lalui. Bravo Timnas Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *