Salam Merdeka…

Hubungan Amerika Serikat dan Prancis menegang, hal ini disebabkan oleh dibatalkannya proyek pembelian puluhan kapal selam yang dibuat prancis untuk Australia. Disini Australia menyetujui pembelian kapal perang buat Amerika Serikat yang menggunakan nuklir, ini memunculkan ketegangan antara Australia dan Indonesia, melanggarnya Australia atas perjanjian non nuklir dalam penggunaan senjata angkatan perang mereka, baik Indonesia dan ASEAN mengecam tindakan Australia memasukan senjata perang nuklir dalam wilayah ke tentaraan mereka.
Tetapi Australia membela dirinya atas tindakan mereka pada pembelian kapal selam nuklir Amerika Serikat, dengan alasan untuk memperkuat pertahanan negara. Penggunaan kapal selam nuklir Australia, dibela Amerika Serikat. Paman Sam hingga memberikan penjelasan pada Indonesia, dan akhirnya negara kepulauan ini terdiam dan tak memunculkan protes lagi.
Disisi lain, ini mengundang kekesalan Prancis, atas tindakan Amerika Serikat bagi negaranya, telah dibatalkannya pembelian puluhan kapalnya, padahal dua negara ini, memiliki hubungan sangat dekat dalam permainan politik dunia. Bahkan mereka tergabung dalam NATO. Termasuk disaat Amerika Serikat menyerang libya lewat ISIS, dibantu oleh pesawat pesawat tempur prancis (Rafale) untuk menghentikan operasi radar juga anti pesawat Libya.
Walaupun kedua negara ini, tidak sedekat Inggris dan Amerika Serikat. Tapi pada hubungan sebagai anggota NATO sangat baik. Juga dalam pada permusuhan Amerika Serikat dan Rusia pada kasus Ukraina, Prancis tetap memberikan bantuan baik pasukan dan persenjataan.
Tapi didalam negerinya, sudah ada penolakan terhadap Amerika Serikat, lewat pernyataan calon Presidennya dari kubu sayap kanan untuk menolak Prancis, terlibat dalam kasus Ukraina untuk melawan Rusia, lewat pernyataan” Bahwa Rusia adalah sahabat Prancis”. Perdana Mentri Marcon juga marah atas tindakan pembatalan sepihak tersebut oleh Australia, ia kesal atas tindakan Amerika Serikat mengambil alih proyek kapal selam yang telah ditanda tangani baik Australia maupun Prancis.
Memang Australia adalah negara yang paling takut atas berkembangnya Indonesia baik dalam militer juga ekonomi. Disisi lainnya, mereka dalam doktrin militernya menyatakan “serangan akan hadir dari utara (Indonesia)”, hingga untuk menghindari ketakutannya di era Obama, mereka meminta 6000 pasukan marinir Amerika Serikat diberikan bagi Australia, untuk menjaganya.
Australia juga merupakan negara penghalang segala hal bagi Indonesia, seperti peristiwa Timor Leste, negara benua ini, meminta penghukuman atas perbuatan ABRI yang menembak masyarakat di kuburan, lalu Indonesia di embargo persenjataan F 16, suku cadangnya tidak diberikan lagi, sampai pesawat pesawat tersebut tak bisa terbang, 1995 – 2005.
Lalu yang kekinian adalah batalnya Indonesia dalam pembelian SU 35 buatan Rusia, lewat Amerika Serikat bila jadi membeli maka akan di embargo ekonomi Indonesia. Hingga Indonesia, membatalkannya.
Beralihlah jadi membeli produk Amerika Serikat F 15 terbaru sebanyak 36 unit. Amerika Serikat dan Australia selalu membuat Nusantara ini susah berkembang dalam hal teknologi. Walaupun F 16 A/D baru di upgrade menjadi F 16 52. Tapi mereka tak pernah memberikan teknologi teknologi baru, kecuali Indonesia bekerjasama dengan negara lain, seperti Kanada baru diberikan perakitan helicopter Bell 412 EPI, Korea Selatan pembuatan KF 21 Borumae, Indonesia tak diberikan teknologi teknologi kunci dalam pembuatan pesawat, hingga Korea Selatan membuat sendiri teknologinya, baru Indonesia dapat menggunakan untuk pembuatan pesawat tersebut. Tapi kita, masih setia pada Paman Sam, padahal telah diperlakukan demikian sadis, termasuk pembelian F 15 baru ini, tanpa Transfer of Teknologie (ToT), luar biasa.

BACA JUGA :  Kondisi Politik Terbaru di Eropa Yang Mempunyai Kemiripan Dengan Peristiwa Politik di Indonesia.

Sementara itu, Indonesia dengan segala upaya terus mencari peralatan militer terbarukan, Prancis menawarkan Rafale F3R, juga diberikan Transfer of Teknologi (ToT), dalam pembuatan pesawat tempur. Pemerintahan saat ini langsung mengambil atas penawaran Prancis tersebut, sebanyak 42 Rafale F3R, mungkin juga diantara itu ada terbarukan F4R.
Tahun ini akan datang sebanyak 6 pesawat tempur, sisanya akan berlanjut tahun depan. Setelah Amerika Serikat menghina Indonesia, menolak pembelian F 35, dengan pernyataan bahwa “Indonesia belum mampu menguasai sistem pesawat F 35 dengan teknologi terbaru”, eh lucunya malah meminta pada Amerika Serikat pesawat F 15 baru, dan inipun dipersulit, setelah Menhan Prancis datang ke Indonesia untuk menanda tangani pembelian Rafale, tak lama boeing dan kemenlu paman sam membuat pernyataan telah disetujui pembelian F 15 untuk Indonesia sebanyak 36 unit pesawat.
Disini terlihat, Prancis telah berhasil membuka pasar baru untuk pesawat tempur di ASEAN, walaupun permainan selama ini hanya pada bidang exocet, rudal, kapal perang juga selam yang telah dibeli oleh Malaysia dan Singapura. Tapi negara Jendral De Gaulle ini, mulai menancapkan kuku pada bidang teknologi pesawat terbang, yang lebih condong pada Amerika Serikat selama bertahun tahun dikawasan.
Indonesia negara ASEAN pertama yang membelinya, bahkan pesawat Rafale akan diproduksi di PT DI. Ditambahkan lagi, Indonesia dan Prancis tengah menggarap pembuatan kapal bersama dengan jenis yang belum diberitahukan ke publik, pembuatannya di galangan kapal PT PAL Indonesia, alih teknologi Walaupun gagal bersama Australia, Prancis membuktikan bahwa ia tetap berada dikawasan ASEAN.
Apakah kapal selam yang dibeli Indonesia akan sama dengan rencana Prancis terhadap Australia?? Terlihat disini, bahwa ketergantungan negara negara ASEAN terhadap Amerika Serikat sangat kuat, tapi kehadiran Prancis dan Italia dalam pengadaan kapal perang dan pesawat tempur akan mengikis peran Paman Sam terhadap alat alat ke tentaraan yang dibutuhkan ASEAN, khususnya Indonesia. Mungkin dalam waktu dekat tidak, tapi untuk jangka panjang bisa. Apalagi negara negara Eropa selalu memberikan alih teknologi terhadap Indonesia dalam setiap kerjasama yang dilakukan.
Amerika Serikat merupakan negara pelit dalam melakukan alih teknologi, juga negara banyak syarat syarat bila ingin membeli persenjataan darinya. Seperti UEA membatalkan pembelian F 35 karena banyak syarat yang ditetapkan dalam penggunaannya, hingga mereka membatalkan dan beralih ke Rafale prancis.
Apakah pembelian F 15 ini juga di penuhi syarat syarat untuk Indonesia ?? Karena sebelumnya banyak hal yang dilakukan oleh Amerika Serikat disaat Indonesia ingin membeli F 15, tapi disaat Prancis dan Indonesia menanda tangani perjanjian kesepakatan pembelian Rafale, eh tiba tiba boeing dan kemenlunya mengumumkan bahwa Indonesia telah disetujui untuk mendapatkan F 15.
Memang Amerika Serikat, ketakutan akan kuatnya militer Indonesia, sebab hal ini berkaitan dengan para anak didiknya seperti Australia, Singapura, Malaysia, akan mudah dilumpuhkan dalam waktu singkat.
Apabila Indonesia kuat pada bidang ekonomi serta mampu mandiri maka pengaruh Amerika Serikat hilang, makanya dia memberikan kemudahan pada export Indonesia. Dengan tujuan untuk ketergantungan padanya tak hilang, sama dengan Tiongkok diawal awal Deng xiaoping memegang kekuasaan dinegaranya, memberikan tempat pada Amerika Serikat lewat penanam modal, pinjaman uang, hingga expornya diberikan masuk bebas.
Lalu apa yang terjadi ?? Tiongkok meniru Amerika Serikat dalam membangun ekonominya, hingga berhasil menjadi negara kuat. Inilah yang ditakuti mereka atas Indonesia, apalagi memiliki sumber daya alam yang besar, serta mulai mampu mengolahnya sendiri, Tiongkok dan Rusia juga telah mulai memainkan peran modalnya di Indonesia hingga Paman sam mulai berhati hati terhadap Indonesia.
Di sisi lain, Indonesia telah belajar banyak bagaimana Paman Sam memperlakukan negara ini dengan selalu ketidak hormatan, khususnya dikalangan militer, hal yang sama selalu dibuat Australia.
Saatnya Indonesia tegak berdiri khususnya para elit berpikirlah untuk bangsa ini, bukan tuk bangsa asing. Australia dan Amerika Serikat hanya sebatas teman bukan sahabat.

BACA JUGA :  Ciri-ciri Orang Optimis Dalam Hidup Yang Perlu Ditiru

Prancis dan Indonesia terus memperkuat hubungannya lewat berbagai kerjasama strategis yang saling menguntungkan, sebab keduanya telah dikecewakan oleh Amerika Serikat dan Australia. Tapi Indonesia lebih banyak atau seringkali dikecewakan oleh kedua negara tersebut.
Sudah saatnya Indonesia mengambil mentri dari lulusan lulusan S2 dan S3 berkualitas dari kampus kampus di Indonesia, dikarenakan mereka lebih memahami sistem budaya juga perkembangan IPOLEKSOSBUDHANKAM dalam perkembangan di Bangsa ini, langsung berinteraksi juga mengamati.
Semoga ada kesadaran bersama didalam elit politik dalam negeri untuk berkesadaran, tujuan untuk memegang kekuasaan adalah membuat rakyat cerdas juga sejahtera.

Marilah kita kerjasama dengan Prancis dan negara lainnya untuk bertujuan kemandirian pada teknologi, ekonomi, politik serta budaya negara berkesatuan republik indonesia.

Penulis : Bahari Aden (Kader Nasionalis Marhaenis)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *