Gambar ilustrasi Maha Patih Gajah Mada

Belajar sejarah Kerajaan Majapahit tidaklah lengkap jika tidak membahas seorang Patih Gajah Mada. Kita tentunya sudah tak asing mendengar nama tokoh kita kali ini. Dalam sejarah Nusantara, Gajah Mada adalah sosok seorang Patih paling berpengaruh di masanya. Beliau Sangat berperan dalam perjalanan panjang Kerajaan Majapahit menuju puncak kejayaaan.  Tepatnya saat kerajaan di pimpin oleh Raja Hayam Wuruk pada tahun 1350 – 1389.

Patih adalah sebutan atau jabatan tertinggi pemerintahan yang ada di kerajaan-kerajaan di Nusantara. Patih pada umumnya menjadi pelaksana pemerintahan di bawah seorang Raja sebagai penguasa monarki. Sehingga jabatan ini dianggap setara dengan Perdana Menteri di era saat ini.  Seperti pada masa akhir Majapahit dimana daerah sudah tidak dipimpin lagi oleh raja-raja maka langsung diperintah oleh seorang patih. Jadi Patih juga diartikan pejabat penguasa daerah bila merupakan jabatan tertinggi disana.

Gajah Mada dikenal sebagai Mahapatih gagah dan perkasa serta setia kepada pemangku takhta kerajaan Majapahit. Sosok Gajah Mada dikenal berjiwa patriot dan pemersatu Majapahit untuk terus menjaga keutuhan dan melebarkan pengaruh kerajaan. Pada masa kejayaan Kerajaan Majapahit, peran utama Gajah Mada adalah menyatukan wilayah Nusantara, seperti yang telah diucapkan dalam Sumpah Palapa.

Sejarah Sumpah Palapa adalah suatu sumpah atau pernyataan yang dikemukakan Gajah Mada  pada upacara pengangkatannya menjadi Mahapatih Amangkubhumi Majapahit di tahun 1334. Dimana pada saat itu, Kerajaan Majapahit masih diperintah oleh seorang Ratu bernama Tribhuwana Tunggadewi.

Isi dari Sumpah Palapa Gajah Mada ditemukan dalam teks Jawa pertengahan Pararaton yang berbunyi:

“Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa,lamun kalah ring Gurun,ring Seran,Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa“.

Arti Sumpah Palapa tersebut yaitu:

“Jika telah menundukkan seluruh Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit, aku (baru akan) melepaskan puasa. Jika aku mengalahkan Gurun,Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah aku akan melepaskan puasa“.

Jasa-jasa Patih Gajah Mada masih diagungkan oleh masyarakat Nusantara sampai saat ini. Bagi Bangsa dan Negara Indonesia Maha Patih Gajah Mada  dianggap sebagai pahlawan, simbol  dari patriotisme, dan persatuan.

Dari Kitab Pararaton, Kakawin Nagarakretagama (Nāgarakṛtâgama), dan prasasti-prasasti yang berasal dari akhir abad ke-13 kita bisa mengetahui Kisah Gajah Mada. Terutama tentang perjalanan hidup, karir, dan perjuangannya untuk mewujudkan kejayaan Kerajaan Majapahit dengan Sumpah Palapa. Meski semua sumber yang telah ditemukan belum menjelaskan secara lengkap tentang kisah hidup dan asal usulnya.

BACA JUGA :  Bisnis Pertanian Kreatif Bagi Generasi Muda

Asal-Usul Gajah Mada
Tidak ada yang tahu pasti kapan dan dimana Gajah Mada dilahirkan, hal ini disebabkan tidak ada sumber-sumber tertulis menyebutnya dengan jelas dan tegas kepastiannya. Dari beberapa babad yang mengungkap kelahiran Gajah Mada, ulasan-ulasan yang ada didalamnya masih jauh di atas logika.

Tetapi tokoh pergerakan Indonesia Mohammad Yamin, berani mengemukakan tentang asal usul Gajah Mada. Pendapat dari Yamin itu kemudian diungkap kembali oleh doktor dan pakar arkeologi dari Universitas Indonesia, Agus Aris Munandar. Pada intinya, kedua tokoh ini menyebut bahwa Gajah Mada lahir di sekitar hulu sungai Brantas dan kaki Gunung Kawi serta Gunung Arjuna.

Doktor Agus Aris Munandar juga menyebutkan Gajah Mada lahir di daerah Pandaan, sebuah kota kecil yang sedang berkembang di kaki Gunung Welirang Arjuna. Pandaan atau Pandakaan sekarang termasuk wilayah Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Saat luluh lantaknya Singhasari dan tumbuhnya kerajaan Majapahit, daerah ini pernah dicatat sebagai tempat istimewa oleh Pararaton

Gajah Pagon berdasar penelitian dimungkinkan adalah ayah dari Patih Gajah Mada. Yaitu orang yang mengiringi Raden Wijaya ketika berperang melawan pengikut Jayakatwang dari Kediri. Gajah Pagon diprediksi bukan orang biasa, bahkan sangat mungkin beliau adalah anak dari salah satu selir Kertanagara. Karena dalam Kitab Pararaton, nama Gajah Pagon disebut secara khusus.

Raden Wijaya begitu mengkhawatirkan Gajah Pagon yang terluka akibat perang dalam pelarian dari Singasari. Dan Gajah Pagon kemudian dititipkan Raden Wijaya kepada seorang Kepala Desa Pandakan. Gajah Pagon kemungkinan selamat kemudian menikah dengan putri Kepala Desa Pandakan dan akhirnya memiliki anak. Gajah Mada di perkirakan adalah anak Gajah Pagon yang mengabdi kepada Majapahit.

Gajah Mada kemungkinan memiliki eyang yang sama dengan Ratu Tribhuwana Tunggadewi. Bedanya adalah, Gajah Mada merupakan cucu dari istri selir, sedangkan Tribhuwana Tunggadewi adalah cucu dari istri resmi Raja Kertanagara. Tiidak mengherankan dan dapat dipahami Gajah Mada sangat menghormati Kertanagara itupun pasti berdasar didikan dan arahan Gajah Pagon ayahnya.

BACA JUGA :  Tanggal 1 Mei, Bukan Hari Libur Tapi Hari Berjuang Internasional

Kertanegara adalah eyang dari Gajah Mada, dan hanya keturunan Kertanegara saja yang akan dengan senang hati membangun caitya atau bangunan suci. Yakni bangunan berupa Candi Singasari untuk mengenang kebesaran para leluhur. Dwipantra Mandala adalah konsep gagasan politik dari Raja Kertanagara. Kemungkinan ini juga yang menginspirasi dan mendorong Gajah Mada dalam mencetuskan Sumpah Palapa.

Sumber-sumber sejarah mayoritas menyatakan bahwa Patih Gajah Mada lahir pada tahun 1299. Memiliki nama lain Jirnnodhara, Gajah Mada merupakan seorang panglima perang dan mahapatih Kerajaan Majapahit. Beliau adalah sosok sangat berpengaruh pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan terkenal dengan sumpahnya, yaitu Sumpah Palapa.

Arti Nama Gajah Mada
Menurut mitologi Hindu, arti kata “gajah” dipercaya sebagai wahana atau hewan tunggangan dari Dewa Indra. Sedangkan kata “mada” dalam kitab bahasa Jawa Kuno artinya mabuk. Jadi nama Gajah Mada ditafsirkan ke dalam dua sifat, yaitu sebagai wahana raja atau pelaksana perintah-perintah raja. Dan diartikan sebagai orang yang seakan-akan mabuk apabila menghadapi berbagai halangan rintangan yang menghambatnya.

Dalam Prasasti Gajah Mada dituliskan bahwa Maha Patih Gajah Mada juga memiliki julukan lain, yaitu Rakryan Mapatih Jirnnodhara yang kemungkinan hanya dianggap sebagai gelar semata. Adapun Jirnnodhara sendiri memiliki arti yaitu “pembangun sesuatu yang baru” atau “pemugar sesuatu yang telah rusak”.

Secara harfiah, Gajah Mada berarti pembangun bangunan suci bagi Raja Kertanegara yang semula belum ada.  Tetapi secara kiasan dia dapat diartikan sebagai pemugar dan penerus gagasan-gagasan  Kertanegara dalam konsep Dwipantara Mandala.

Semoga apa yang telah Gajah Mada lakukan pada masa Kerajaan Majapahit menjadi inspirasi bagi kita semua. Untuk menuju kejayaan suatu bangsa dibutuhkan suatu perjuangan, persatuan, dan pengorbanan rakyat bagi tanah airnya. Sejarah Kerajaan Majapahit adalah landasan awal terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang di perjuangkan para pahlawan pendiri bangsa.

Semoga Negara Indonesia menjadi semakin yang maju menuju usia emas 100 Tahun Indonesia merdeka tahun 2045 nanti. Tentunya dengan sumber daya manusia yang berdaya juang meningkatkan kualitas diri dan generasi berikutnya untuk Indonesia jaya selama-lamanya. NKRI Harga Mati…!!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *